Ikrar Kemenangan. Морган Райс. Читать онлайн. Newlib. NEWLIB.NET

Автор: Морган Райс
Издательство: Lukeman Literary Management Ltd
Серия: Cincin Bertuah
Жанр произведения: Героическая фантастика
Год издания: 0
isbn: 9781632914286
Скачать книгу
dan mulai berlari menuju balai, tak seorang pun dari mereka merasa ragu; ia berbalik dan berlari bersama mereka.

      “Tinggallah di sana!” Brandt mendesak.

      “Tidak mau!” ujarnya, berlari di belakangnya.”Saya akan membimbung Anda kepadanya!”

      Mereka semua berlari bersama-sama menuju koridor, keluar dari pintu istana dan berkumpul dalam kelompok besar menunggu kuda, masing-masing dari mereka naik ke kuda tanpa ragu sedetik pun. Alistair melompat ke atas Warkfin, menendang, dan memimpin kelompok itu, dengan cemas pergi bersama mereka.

      Saat mereka berkuda melewati istana Adipati, semua tentara di sekeliling mereka mulai naik ke kuda dan bergabung dengan mereka – dan pada saat mereka meninggalkan gerbang Savaria, mereka ditemani oleh sepasukan besar prajurit yang terus bertambah hingga setidaknya mencapao seratus prajurit. Alistair berkuda di depan, di samping Brandt dan Adipati.

      “Jika Erec mengetahui bahwa Anda berkuda bersama kami, kepala saya akan menjadi hukumannya,” ujar Brandt, berkuda di sampingnya. “Tolonglah, katakan saja di mana dia, tuan putri.”

      Namun Alistair menggelengkan kepala kuat-kuat, menyeka air matanya saat ia berkuda semakin cepat, gemuruh besar dari semua prajurit ini di sekelilingnya.

      “Saya lebih baik menggali liang kubur saya daripada meninggalkan Erec!”

      BAB TIGA

      Thor berkuda dengan hati-hati di jalan setapak hutan, Reece, O’Connor, Elden, dan si kembar ada di atas punggung kuda di sampingnya, Krohn di kakinya, saat mereka semua keluar dari hutan di sisi jauh dari Ngarai. Jantung Thor berdegup semakin kencang berantisipasi saat mereka akhirnya mencapai batas akhir hutan lebat itu. Ia mengangkat sebelah tangan, memberi isyarat kepada yang lain untuk tidak bersuara, dan mereka semua membeku di sampingnya.

      Thor melihat dan mengamati hamparan luas pantai, langit terbuka, dan di depan itu, laut kuning luas yang akan membawa mereka menuju daratan Kekaisaran nun jauh di sana. Tartuvian. Thor belum pernah melihat perairan ini sejak perjalanan mereka menuju Misi 100 Hari. Rasanya aneh untuk kembali lagi – dan kali ini, dengan sebuah misi yang akan menentukan takdir kerajaan Cincin.

      Setelah melewati jembatan Ngarai, perjalanan pendek mereka melalui hutan di dalam Alam Liar tidak terduga. Thor telah diberi perintah oleh Kolk dan Brom untuk mencari sebuah kapal kecil yang ditambatkan di pantai Tartuvian, yang tersembunyi dengan baik di bawah cabang-cabang pohon besar yang tergantung di atas laut. Thor mengikuti petunjuk mereka dengan tepat, dan saat mereka mencapai batas akhir hutan, ia melihat kapal itu, tersembunyi dengan baik, siap untuk membawa mereka ke mana pun mereka ingin pergi. Ia merasa lega.

      Namun, ia juga melihat enam prajurit Kekaisaran, berdiri di pasir di depan armada kapal, memeriksanya. Prajurit lain naik ke atas kapal, yang berlabuh sebagian di pantai, berayun-ayun perlahan diterpa gelombang. Seharusnya tak ada seorang pun di sini.

      Itu adalah pertanda buruk. Saat Thor melihat jauh di cakrawala, ia melihat garis pantai nun jauh di sana yang nampak seperti seluruh armada Kekaisaran, ribuan kapal hitam mengibarkan bendera hitam dari Kekaisaran. Untungnya, mereka tidak berlayar ke arah Thor, tapi ke arah berbeda, mengambil jalur berputar yang panjang untuk membawa mereka mengelilingi Cincin, ke sisi McCloud, di mana mereka telah menerobos Ngarai. Untungnya armada mereka disibukkan dengan rute yang berbeda.

      Kecuali satu patroli ini. Enam prajurit Kekaisaran ini, mungkin bertugas untuk sebuah misi rutin, entah bagaimana pasti telah tersandung kapal Legiun ini. Itu adalah waktu yang tidak tepat. Jika Thor dan yang lain mencapai pantai beberapa menit lebih awal, mereka mungkin telah naik ke kapal itu dan mendorongnya. Sekarang, mereka mempunyai sebuah konfrontasi di tangan mereka. Tidak ada cara lain lagi.

      Thor melihat ke atas dan bawah pantai dan melihat tidak ada pasukan prajurit Kekaisaran lainnya. Setidaknya itu adalah keberuntungan mereka. Itu mungkin sebuah kelompok patroli saja.

      “Aku kira kapal itu seharusnya tersembunyi dengan baik,” ujar O’Connor.

      “Sepertinya tidak cukup baik,” Elden menegaskan.

      Enam dari mereka duduk di atas kuda-kuda mereka, menatap kapal dan kelompok prajurit itu.

      “Tak akan lama lagi sampai mereka memperingatkan pasukan Kekaisaran,” Conven mengamati.

      “Dan kemudian kita akan punya perang habis-habisan di tangan kita,” tambah Conval.

      Thor tahu mereka benar. Dan itu bukanlah kesempatan yang bisa mereka tangani.

      “O’Connor,” ujar Thor, “caramu mengenai sasaran adalah yang terbaik dari kita semua. Aku telah melihat kau menembak dari jarak lima puluh yard. Kau lihat yang memegang busur? Kita harus menembak dalam satu bidikan pada orang itu. Bisakah kau melakukannya?”

      O’Connor mengangguk dengan sungguh-sungguh, matanya terpusat pada prajurit Kekaisaran. Ia mengulurkan tangan dengan hati-hati ke atas bahunya, mengangkat busurnya, menaruh sebuah panah, dan siap untuk menembak.

      Mereka semua melihat ke arah Thor, dan ia merasa siap untuk memberi arahan.

      “O’Connot, setelah aba-abaku, tembaklah. Lalu kita akan menyerang prajurit yang di bawah. Siapa saja, gunakan senjata lempar kalian saat kita semakin dekat. Cobalah untuk menjatuhkan yang paling dekat dengan kalian lebih dulu.”

      Thor memberi isyarat dengan tangannya, dan tiba-tiba, O‘Connor melepaskan tali busur.

      Panah itu melewati udara dengan suara mendesing, dan itu adalah tembakan sempurna, ujung logamnya menembus jantung prajurit Kekaisaran yang memegang busur. Prajurit itu berdiri di sana, matanya terbelalak untuk beberapa saat, seolah-olah dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, lalu dia tiba-tiba mengulurkan lengannya lebar-lebar dan jatuh ke depan, wajah lebih dulu, menukik, mendarat dengan percikan di pantai di kaki rekan prajuritnya, menodai pasir dengan warna merah.

      Thor dan yang lain menyerang, sebuah mesin yang diminyaki dengan baik seirama satu sama lain. Suara kuda-kuda mereka berderap, dan enam prajurit lain berbalik lalu menghadapi mereka. Prajurit itu naik ke kuda mereka dan balas menyerang, bersiap-siap untuk menemui mereka di tengah-tengah.

      Thor dan prajuritnya masuh memiliki keuntungan atas kejutan itu. Thor mengulurkan tangan ke belakang dan melontarkan sebuah batu dengan selempangnya dan mengenai salah satu dari mereka pada pelipisnya dari jarak dua puluh yard saat dia sedang sibuk naik ke kudanya. Dia jatuh dari kuda, mati, tali kekang kudanya masih ada di tangannya.

      Saat mereka semakin dekat, Reece melemparkan kapaknya, Elden melemparkan tombaknya, dan si kembar masing-masing dengan belati mereka. Pasir licin dan kuda-kuda tergeleincir, membuat pelemparan senjata lebih sulit dari biasanya. Kapak Reece menemukan sasarannya, membunuh salah satu dari mereka, tapi yang lain meleset.

      Itu menyisakan empat dari mereka. Prajurit yang berada paling depan memisahkan diri dari kelompok, menyerang tepat ke arah Reece, yang tak bersenjata; dia telah melemparkan kapaknya tapi tak punya kesempatan untuk menarik pedangnya. Reece menguatkan dirinya, dan pada detik terakhir Krohn melompat ke depan, menggigit kuda prajurit itu pada kakinya, dan kuda itu roboh, penunggangnya jatuh ke tanah dan menyelamatkan Reece pada saat-saat terakhir.

      Reece menarik pedangnya dan menikam prajurit itu, membunuhnya sebelum dia bisa kembali berdiri.

      Tiga prajurit tersisa sekarang. Salah satu dari mereka menuju ke arah Elden dengan sebuah kapak, mengayunkannya ke arah kepalanya; Elden menangkisnya dengan perisainya dan dalam gerakan yang sama mengayunkan pedangnya dan memotong kapak itu menjadi setengah.

      Kemudian Elden mengayunkan perisainya dan menghantam penyerang di sisi kepalanya, menjatuhkan dia dari kudanya.

      Prajurit lain menarik sebuah cambuk dari pinggangnya dan mengayunkan rantai panjangnya, ujung yang berdiri tiba-tiba mengarah kepada O’Connor. Itu terjadi terlalu cepat, dan O’Connor tak sempat bereaksi.

      Thor melihatnya datang dan menyerang ke arah temannya, mengangkat pedangnya dan menebas rantai cambuk itu, sebelum mengenai O’Connor. Muncullah suara pedang memotong besi, Thor kagum atas betapa tajam pedang barunya. Bola berduri itu